Kamis, 25 Desember 2008
Kata Natal berasal dari bahasa Latin yang berarti lahir. Secara istilah Natal berarti upacara yang dilakukan oleh orang Kristen untuk memperingati hari kelahiran Isa Al Masih- yang mereka sebut Tuhan Yesus. Peringatan Natal baru tercetus antara tahun 325-354 oleh Paus Liberius, yang ditetapkan tanggal 25 Desember, sekaligus menjadi momentum penyembahan Dewa Matahari, yang kadang juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 18 Oktober, 28 April atau 18 Mei. Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25 Desember tersebut akhirnya disahkan sebagai kelahiran Yesus. Marilah kita simak apa yang diberitakan oleh Bibel tentang kelahiran Yesus sebagaimana dalam Lukas 2;1;8 dan Matius 2:1, 10, 11 (Markus dan Yohanes tidak menuliskan kisah kelahiran Yesus).
Lukas 2:1-8:
Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang diseluruh dunia. Inilah pendaftaran pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali dinegeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-asing dikotanya sendiri. Demikian juga Yusuf pergi dan kota Nazaret di Galilea ke Yudea, kekota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya yang sedang mengandung. Ketika mereka disitu tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya didalam palungan, karena tidak ada tempat bai mereka ditempat penginapan. Didaerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.
Jadi, menurut Bibel, Yesus lahir pada masa kekuasaan Kaisar Agustus yang saat itu sedang melaksanakan sensus penduduk (7 M = 579 Romawi). Yusuf, tunangan Maryam ibu Yesus berasal dari Betlehem, maka mereka bertugas kesana dan lahirlah Yesus Betlehem, anak sulung Maria. Maria membungkusnya dengan kain lampin dan membaringkannya dalam palungan (tempat makanan sapi, domba terbuat dari kayu). Peristiwa itu terjadi pada malam hari dimana gembala sedang menjaga kawanan ternak mereka dipadang rumput.
Menurut Matius 2:1, 10, 11:
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem ditanah Yudea pada zaman Herodus, datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerussalem, Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersuka citalah mereka. Maka masuklah mereka kedalam rumah itu dan melihat anak itu bersama Maria, ibunya.
Jadi, menurut Matius, Yesus lahir dalam masa pemerintahan Raja Herodus yang disebut Herodus Agung yang memerintah tahun 37 SM – 4 M (749 Romawi), ditandai dengan bintang-bintang yang terlihat oleh orang-orang Majusi dari Timur.
Cukup jelas pertentangan kedua injil tersebut (Lukas 2:1-8 dan Matius 2:1, 10, 11) dalam menjelaskan kelahiran Yesus. Namun, begitu keduanya menolak kelahiran Yesus tanggal 25 Desember. Penggambaran kelahiran yang ditandai dengan bintang-bintang dilangit dan gembala yang sedang menjaga kawanan domba yang lepas bebas dipadang rumput beratapkan langit dengan bintang-bintangnya yang gemerlapan, menunjukkan kondisi musim panas sehingga gembala berdiadipadang rumput dengan domba-domba mereka pada malam hari untuk menghindari sengatan matahari. Sebab jelas 25 Desember adalah musim dingin. Sedang suhu udara dikawasan Palestina pada bulan Desember itu sangat rendah sehingga salju merupakan hal tidak mustahil. Yang memiliki wawasan luas, hati lapang dan hati luas dalam mencari kebenaran, ayat suci Al Qur,an telah memberikan jawaban tentang kelahiran Yesus (Isa ‘alaihissalam). “Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (Maryam) bersandar pada pangkal pohon kurma, ia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan.” Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai dibawahmu ( untuk minum). Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu kearahmu, niscaya pohon itu akan mengugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (QS. Maryam: 23-25). Jadi menurut Al Qur’an, Yesus dilahirkan pada musim panas disaat pohon-pohon kurma berbuah dengan lebatnya. Untuk itu kita perlu cermati pendapat sarjana Kristen Dr. Arthus S. Peak, dalam Commentary on the Bible- seperti dikutip buku “Bible dalam Timbangan” oleh Soleh A. Nahdi (hal. 23): Yesus lahir dalam bulan Elul (bulan Yahudi), bersamaan dengan bulan: Agustus-September. Sementara Uskup Barns dalam Rise of Christianity -seperti juga dikutip oleh Soleh A. Nahdi berpendapat sebagai berikut: “Kepercayaan bahwa 25 Desember adalah hari kelahiran Yesusyang pasti tidak ada buktinya. Kalau kita percaya cerita Lukas tentang hari lahir itu dimana gembal-gembala waktu malam menjaga di padang dekat Betlehem, maka hari lahir Yesus tentu tidak dimusim dingin disaat suhu di negeri pegunungan Yudea amat rendah sekali sehingga salju merupakan hal yang tidak mustahil. Setelah terjadi banyak perbantahan tampaknya hari lahir tersebut diterima penetapannya kira-kira tahun 200 M.
Pada tahun berapa Yesus lahir?
Umat Kristen beranggapan bahwa Yesus dilahirkan pada tahun 1, karena penanggalan Masehi yang dirancang oleh Dionysius justru dibuat dan disesuaikan dengan tahun kelahiran Yesus. Namun Injil Lukas 2:1 (sudah dikutip sebelumnya) menyatakan Yesus lahir dalam masa Pemerintah Kaisar Agustus, jadi antara tahun 27 sebelum Masehi-14 sesudah Masehi. Sedangkan Matius 2:1 menyatakan Yesus lahir dalam masa pemerintahan raja Herodus Agung tahun 37 sebelum Masehi sampai 4 sesudah Masehi. Ternyata pemahaman yang beredar dikalangan umat Kristen tentang kelahiran Yesus dengan berita yang disampaikan oleh Injil Lukas dan Matius tidaklah menunjukkan suatu kepastian sehingga ilmuwan-ilmuwan mereka ada yang menyatakan Yesus lahir tahun 8 sebelum Masehi, tahun 6 sebelum Masehi, tahun 4 sesudah Masehi. Antara lain kita kutip buku tulisan Dr. Charles Franciss Petter, MA yang berjudul The Lost Years of Jesus Revealed hal. 19 sebagai berikut: “Pada abad ke-19 setelah terbukti dan akhirnya diakui bahwa Herodes telah mati 4 tahun sebelum Masehi dan setelah ditetapkan bahwa menurut cerita Matius 2:16, raja Herodes memerintahkan pembunuhan anak-anak dibawah umur dua tahun untuk membinasakan Yesus yang masih bayi yang katanya akan menjadi raja orang-orang Yahudi, maka jelaslah tanggal lahir Yesus harus digeser kebelakang, paling sedikit 4 tahun sebelum Masehi. Masa kini para sarjana lebih condong menggeserkan tanggal lahir Yesus 5-6 tahun kebelakang tahun Masehi. Kesulitan menentukan tanggal kelahiran Yesus, kehidupannya dan kematiannya terpaksa ditimbulkan kembali karena adanya keterangan-keterangan yang banyak terdapat dalam gulungan-gulungan Essene (yang terdapat di gua Qamran) malah soal-soal yang berhubungan dengan ketuhanannya juga harus dibangkitkan kembali.”
Jadi sampai hari inipun tidak ada kejelasan tahun berapa Yesus dilahirkan.
Asal-Usul Perayaan Natal 25 Desember
Perintah untuk menyelenggarakan peringatan Natal tidak ada dalam Bibel dan Yesus tidak pernah memberikan contoh atau memerintahkan pada muridnya untuk menyelenggarakan peringatan kelahirannya. Perayaan Natal baru masuk kedalam ajaran Kristen Katolik pada abad ke 4 Masehi. Peringatan inipun berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala. Pada abad ke-1 sampai abad ke-4 Masehi dunia masih dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politheisme. Ketika Konstantin dan rakyat Romawi menjadi penganut Katolik, mereka tidak mampu meninggalkan adat/budaya pagannya, apalagi terhadap pesta rakyat untuk memperingati hari Sunday (sun = matahari; day = hari) yaitu hari kelahiran Dewa Matahari tanggal 25 Desember. Maka supaya agama Katolik bisa diterima dalam kehidupan masyarakat Romawi diadakanlah sinkretisme (perpaduan agama-budaya/penyembahan berhala) dengan cara menyatukan perayaan perayaan kelahiran Sun of God (Dewa Matahari) dengan kelahiran Son of God (Anak Tuhan = Yesus). Maka pada konsili tahun 325, Konstantin memutuskan dan menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Kemudian diputuskan: pertama, hari Minggu (Sunday = hari matahari) dijadikan pengganti hari Sabat yang menurut hitungan jatuh pada Sabtu. Kedua, lambang Dewa Matahari yaitu sinar yang bersilang dijadikan lambang Kristen. Ketiga, membuat patung-patung Yesus, untuk menggantikan patung Dewa Matahari.
Sesudah Kaisar Konstantin memeluk agama Katolik pada abad ke-4 Masehi, maka rakyat pun beramai-ramai ikut memeluk agama Katolik. Inilah prestasi gemilang hasil proses sinkretisme Kristen oleh Kaisar Konstantin dengan agama paganis politheisme. Konsep bahwa Tuhan itu dilahirkan seorang perawan pada tanggal 25 Desember, disalib kemudian dibangkitkan, sudah ada sejak zaman purba. Konsep agama bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan bahwa Tuhan mempunyai tiga pribadi dengan mudah diterima dikalangan masyarakat Romawi karena mereka telah memiliki konsep itu sebelumnya. Mereka tinggal mengubah nama-nama dewa menjadi Yesus. Maka dengan jujur Paulus mengakui bahwa konsep tersebut hanyalah kebohongan yang sengaja dibuatnya. Perkataannya kepada jema’at di Roma: “Tetapi jika kebesaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliannya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa? (Roma 3:7). Mengenai kemungkinan terjadinya pendustaan itu. Yesus telah mensinyalir lewat pesannya: “Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaku dan berkata Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang! (Matius 24:4-5).
Pandangan Bibel tentang upacara Natal
Untuk mengetahui pandangan Bibel tentang perayaan Natal yang diwarisi dari tradisi paganism, sebaiknya kita telaah Yeremia 10:2-4: “Beginilah firman Tuhan: “Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda dilangit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan. Bukankan berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang memperindah dengan emas dan perak, orang memperkuatnya dengan paku dan palu supaya jangan goyang.” Demikianlah pandangan Bibel tentang upacara Natal, yaitu melarang orang Kristen mengikuti kebiasaan bangsa-bangsa penyembah berhala. Selanjutnya kita simak penjelasan dalam Yeremia 10:5: “Berhala itu sama dengan orang-orangan dikebun mentimun. Tidak dapat berbicara, orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Jangalah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat dan berbuat baikpun dia tidak dapat.”
Sumber-sumber Kristen yang menolak Natal
Catholic Encyclopedia, edisi 1911 tentang Christmas
“Natal bukanlah upacara gereja yang pertama…melainkan ia diyakini berasal dari Mesir. Perayaan yang diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus.”
Dalam buku yang sama, tentang “Natal Day” dinyatakan sebagai berikut:
“Didalam kitab suci tidak ada seorang pun yang mengadakan upacara atau menyelengarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Fir’aun dan Herodes) yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya kedunia ini.”
Encyclopedia Britanica, edisi 1946 menyatakan:
“Natal bukanlah upacara gereja abad pertama, Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bibel juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala.”
Encyclopedia Americana, edisi 1944 menyatakan:
“Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran orang tersebut. (Perjamuan Suci, yang termaktub dalam kitab Perjanjian Baru hanyalah untuk mengenang kematian Yesus Kristus)…Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad ke-4 M. Pada abad ke-5 M, gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang merayakan hari “Kelahiran Dewa Matahari” sebab tidak seorang pun mengetahui hari kelahiran Yesus.”
diambil dari berbagai sumber.
0 komentar:
Posting Komentar